ketika kalbuku dan fikrahku berpadu dalam fitrah kuniaanNya, izinkanlah aku menzahirkannya melalui Nurani Nurain... meskipun perutusan ini hanyalah sekelumit daripada segala yang terpendam dan terbenam di dasar jiwa yang dalam, moga-moga perutusan ini dapat memanfaatkan setiap tetamunya... ayuh, kita mulakan pelayaran ini dengan lafaz cinta yang paling agung: BismillahirRahmanirRahim
Wednesday, February 13, 2013
Senyum dan tawa: Bagai isi dengan kuku, bagai aur dengan tebing
Senyuman yang dilukis di bibir adakala bukan cerminan hati yang gembira tetapi senyuman itu sedang berusaha untuk menghapuskan duka yang terlalu selalu menerjang pintu hati dan menerjah masuk ke dalam kamar hati untuk merampas segala kegembiraan yang ada.
Tawa yang mengiringi senyuman di bibir adakala bukan cerminan hati yang senang tetapi tawa itu sendiri sebenarnya keliru dan tidak tahu mengapa tangis pilu tidak mampu dizahirkan sebaliknya bertukar irama dengan tawa yang senantiasa menemani senyuman di bibir.
Senyum dan tawa ini begitu erat hubungannya bagai isi dengan kuku.
Senyum dan tawa ini begitu saling bekerjasama bagai aur dengan tebing.
Atas dasar itu, ceria dan periang adalah dua kata adjektif yang selalu dikaitkan dengan tuan empunya diri yang terlalu selalu dan terlalu mudah melukiskan senyuman diiringi irama tawa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment